Janji yang Tertinggal di Ruang Tahta
(Adegan 1: Istana yang megah, abad ke-18. Kaisar muda, Li Wei, berdiri di balkon, memandang taman bunga plum yang sedang bermekaran. Di dekatnya, seorang pelayan wanita, Meilin, menyulam dengan tenang. Angin berhembus, membawa aroma plum yang memabukkan.)
Li Wei: (Bergumam) Bunga plum ini… entah mengapa, setiap tahun saat melihatnya, aku merasa seperti ada yang kurang. Seperti sebuah janji yang belum terpenuhi.
Meilin: Yang Mulia terlalu memikirkan negara. Bunga plum ini mekar untuk menyambut musim semi, Yang Mulia. Bukan untuk membebani pikiran.
(Li Wei tersenyum kecil. Ia tahu, ada hal yang tak bisa dijelaskan, perasaan mendalam yang selalu menghantuinya.)
(Adegan 2: Abad ke-21. Seorang wanita muda, Bai Lian, seorang desainer interior terkenal, berdiri di depan lukisan kuno seorang kaisar di sebuah galeri seni. Lukisan itu… sangat mirip dengan wajahnya.)
Bai Lian: (Berbisik) Siapa kau? Mengapa hatiku terasa sakit saat melihatmu?
(Seorang pria mendekatinya. Zhou Feng, seorang pengusaha muda yang sukses dan… sangat tampan.)
Zhou Feng: Lukisan itu memang menakjubkan. Dikatakan, kaisar itu sangat mencintai pelayan wanitanya. Tapi… cinta mereka berakhir tragis.
(Bai Lian menatap Zhou Feng, merasakan deja vu yang kuat. Matanya… seperti familiar.)
(Adegan 3: Bai Lian mulai bermimpi. Mimpi-mimpi itu membawa kilasan-kilasan masa lalu: Istana yang megah, gaun sutra, bisikan-bisikan cinta, dan… darah.)
(Zhou Feng juga mengalami hal yang sama. Mimpi-mimpinya dipenuhi bayangan seorang kaisar muda yang penuh ambisi, seorang pelayan wanita yang cantik dan setia, dan… sebuah pengkhianatan.)
(Adegan 4: Mereka bertemu lagi, dan lagi. Tanpa disadari, takdir mempertemukan mereka dalam proyek desain interior sebuah hotel mewah yang dibangun di atas reruntuhan istana kuno.)
(Bai Lian menemukan sebuah kotak musik tua yang terkubur di bawah tanah. Kotak itu memainkan melodi yang sangat familiar.)
Bai Lian: (Menangis) Lagu ini… aku pernah mendengarnya. Di mana? Kapan?!
(Zhou Feng meraih tangannya. Sentuhan itu mengirimkan gelombang kejut ke seluruh tubuh Bai Lian.)
Zhou Feng: Aku juga. Sepertinya… kita pernah ada di sini. Dulu sekali.
(Adegan 5: Perlahan, misteri masa lalu mulai terungkap. Li Wei, sang kaisar, mencintai Meilin, pelayan wanitanya. Tapi, cinta mereka ditentang oleh ibunda suri yang kejam dan seorang selir yang haus kekuasaan. Meilin dijebak dan dituduh berkhianat. Li Wei, yang tertekan dan dipengaruhi, akhirnya menjatuhkan hukuman mati pada Meilin.)
(Saat Meilin dieksekusi, ia berjanji: "Aku akan kembali. Aku akan membuatmu merasakan sakit yang kurasakan. Tapi… bukan dengan kemarahan. Melainkan dengan… keheningan." )
(Adegan 6: Bai Lian dan Zhou Feng menyadari bahwa mereka adalah reinkarnasi dari Meilin dan Li Wei. Bai Lian, sebagai Meilin, memahami bahwa balas dendam terbaik bukanlah dengan membalas dendam, melainkan dengan… memaafkan.)
(Bai Lian menghadapi Zhou Feng, yang masih dihantui rasa bersalah dari kehidupan sebelumnya.)
Bai Lian: (Dengan tatapan lembut namun menusuk) Yang Mulia… kau sudah cukup menderita. Aku memaafkanmu.
(Zhou Feng terdiam. Air mata mengalir di pipinya. Ia tahu, keheningan dan pengampunan Bai Lian jauh lebih menyakitkan daripada amarah dan dendam.)
(Adegan 7: Bai Lian menyelesaikan proyek desain hotel mewah itu. Hotel itu dibangun dengan sentuhan modern, namun tetap mempertahankan esensi dari istana kuno. Sebuah taman bunga plum ditanam di tengah-tengah hotel, sebagai simbol cinta yang abadi.)
(Bai Lian berdiri di balkon hotel, memandang bunga plum yang bermekaran. Zhou Feng mendekatinya.)
Zhou Feng: Apa yang akan kau lakukan sekarang?
Bai Lian: Aku akan melanjutkan hidup. Melepaskan masa lalu.
(Bai Lian berbalik, menatap Zhou Feng dengan tatapan penuh makna.)
Bai Lian: Mungkin… di kehidupan selanjutnya… kita bisa bertemu lagi. Dalam keadaan yang berbeda.
(Bai Lian pergi, meninggalkan Zhou Feng yang terpaku di tempatnya. Angin berhembus, membawa bisikan dari kehidupan sebelumnya…)
*(Bisikan): "Jangan lupakan aku…" *
You Might Also Like: Wajib Baca Aku Menjadi Virus Yang Tak
Post a Comment