Ini Baru Drama! Kau Menatap Jas Mahalku, Tapi Yang Kau Cintai Hanyalah Lelaki Di Baliknya

Kau Menatap Jas Mahalku, Tapi Yang Kau Cintai Hanyalah Lelaki di Baliknya

Lampu-lampu kristal di ballroom berdansa di atas permukaan sampanye yang bergelembung. Wangi mawar Bulgarian dan aroma kayu cendana mahal saling berebut perhatian, menciptakan simfoni kemewahan yang memabukkan. Di tengah hiruk pikuk itu, aku berdiri, sebatang kara. Jas bespoke rancangan Savile Row melekat sempurna di tubuhku, setiap jahitan menceritakan kisah keberhasilan dan kekuasaan. Matamu tertuju padaku, Li Mei, mata yang dulunya menatapku dengan CINTA.

Dulu, di bawah pohon sakura yang bermekaran, kau berbisik bahwa jiwaku lebih indah dari berlian. Dulu, kau genggam tanganku seolah aku adalah dunia bagimu. Dulu… dulu sekali, sebelum kilau emas melenakanmu.

Senyummu, kini, adalah tipuan belaka. Bibir merahmu mengucap kata-kata manis, tapi hatiku merasakan dinginnya gurun. Kau memelukku erat, seolah menyalurkan kehangatan, namun pelukan itu terasa seperti racun yang perlahan menggerogoti. Janji-janji yang dulu kau ukir di langit malam, kini menjelma menjadi belati, menusuk tanpa ampun.

Kau jatuh cinta pada kilau duniaku, Li Mei, bukan pada diriku. Kau terpikat pada kekuasaan yang melingkupiku, bukan pada hati yang berdebar untukmu. Kau lebih memilih dia, pria tua dengan harta tak terhingga, daripada lelaki yang memberikan seluruh hatinya padamu.

Aku tidak berteriak. Aku tidak menangis. Aku hanya tersenyum tipis, membiarkan rasa sakit mengalir dalam diam. Elegansi adalah tamengku, ketenangan adalah senjataku.

Malam itu, aku melepaskanmu. Bukan dengan air mata, melainkan dengan senyum yang lebih dingin dari es. Aku membiarkanmu terhanyut dalam lautan kemewahan yang palsu, membiarkanmu memeluk ilusi kebahagiaan.

Enam bulan kemudian, perusahaan ayahmu bangkrut. Lelaki tua itu, yang kau puja-puja, meninggalkannya begitu saja. Dan aku, berdiri di sana, menawarkan pinjaman yang tak mungkin ditolak. Aku menyelamatkan ayahmu, Li Mei, dengan satu syarat: kau harus menikah denganku.

Di hari pernikahan, kulihat matamu. Bukan cinta, bukan juga benci. Hanya kehampaan dan... penyesalan. Kau menatapku dengan tatapan yang sama seperti dulu, namun kali ini, kau tidak lagi melihat jas mahal. Kau melihat lelaki di baliknya, lelaki yang telah kau hancurkan dan kini, telah MENAKLUKKANMU.

Dendamku bukan tentang darah, Li Mei. Ini tentang kau, selamanya dihantui oleh pilihanmu. Selamanya bertanya-tanya, apa jadinya jika kau memilih cinta, bukan kekayaan.

Cinta dan dendam... lahir dari tempat yang sama.

You Might Also Like: 80 Quarts To Gallons Quick And Accurate

OlderNewest

Post a Comment