Pelukan yang Menyisakan Aroma Dendam
Lentera-lentera BERCAHAYA menari di atas permukaan Danau Bulan Sabit, pantulannya berbisik di air yang tenang. Di dunia manusia, seorang gadis bernama Li Wei merasakan sentuhan dingin merayapi tulang punggungnya. Ia berdiri di tepi danau, aroma melati bercampur dengan sesuatu yang asing, sesuatu yang pahit seperti dendam.
Di dunia roh, yang disebut Alam Bayangan, Pangeran Bai Ze mengamati Li Wei melalui bayangan-bayangan yang berbicara. Setiap desiran angin membawa namanya, setiap riak air mencerminkan matanya yang penuh misteri. Ia tahu, gadis itu adalah kunci.
Li Wei tidak mengingat apa pun sebelum ia terbangun di tepi Danau Bulan Sabit. Amnesia menyelimutinya seperti kabut. Namun, ia merasakan tarikan yang kuat ke arah Alam Bayangan. Mimpi-mimpi aneh menghantuinya: sosok pria berwajah pucat dengan senyum dingin, perjanjian berdarah, dan pengkhianatan yang mendalam.
Suatu malam, bulan purnama memandangi Li Wei dengan tatapan MENGINTAI. Bayangan-bayangan mulai menari lebih liar, memanggilnya dengan suara-suara yang familier namun mengerikan.
"Li Wei… Li Wei… kau adalah permulaan dan akhir."
Bai Ze muncul dari balik bayangan, wajahnya terukir dengan kesedihan dan tekad. "Kematianmu di dunia lama bukan akhir, Li Wei. Itu adalah awal dari takdirmu yang SEJATI."
Ia menjelaskan bahwa Li Wei adalah reinkarnasi dari Putri Yun Xi, seorang roh yang dikhianati dan dibunuh oleh kekasihnya sendiri, Kaisar Langit. Dendamnya begitu kuat hingga melahirkan jiwa baru di dunia manusia.
Li Wei terkejut. Ia tidak percaya. Tapi, semakin dalam ia menggali kenangannya yang hilang, semakin banyak potongan kebenaran yang terungkap. Ia melihat kilasan-kilasan masa lalu: cinta yang membara, janji abadi, dan tikaman belati yang menghancurkan hatinya.
"Kaisar Langit… dia mengkhianatiku?" Suaranya bergetar.
Bai Ze mengangguk. "Ia menginginkan kekuatanmu, Yun Xi. Kekuatan untuk menguasai kedua dunia."
Li Wei, atau Yun Xi yang terlahir kembali, kini harus memilih: membalas dendam atau memaafkan. Hatinya terpecah antara amarah dan cinta yang masih membara, meskipun dikhianati.
Ia mempelajari sihir roh dengan bimbingan Bai Ze. Ia berlatih mengendalikan bayangan, memanggil angin, dan berkomunikasi dengan arwah penasaran. Di setiap langkah, ia merasakan aroma dendam semakin kuat, bercampur dengan keharuman bunga persik yang dulu menjadi favoritnya.
Di tengah pelatihan, Li Wei menemukan bahwa Bai Ze, sang pangeran Alam Bayangan, memiliki perasaan yang lebih dalam padanya. Perhatiannya tulus, kesabarannya tak terbatas, dan matanya memancarkan kehangatan yang tidak pernah ia rasakan dari Kaisar Langit.
Tapi, ada sesuatu yang ganjil. Mimpi-mimpi Li Wei semakin membingungkan. Kadang, ia melihat Bai Ze bersekongkol dengan Kaisar Langit, merencanakan sesuatu yang MENGERIKAN. Bayangan-bayangan berbisik tentang pengorbanan, tentang darah, tentang kekuatan absolut.
Siapakah yang mencintai Li Wei dengan tulus? Siapa yang memanipulasi takdirnya?
Di puncak pertarungan terakhir, Li Wei berhadapan dengan Kaisar Langit. Ia melihat penyesalan di matanya, pengakuan yang terlambat. Tapi, saat ia hendak memberikan pukulan terakhir, Bai Ze menghentikannya.
"Jangan, Li Wei! Biarkan aku yang mengakhiri ini."
Bai Ze menusuk Kaisar Langit dari belakang. Kekuatan Kaisar Langit mengalir ke tubuh Bai Ze. Ia tersenyum pada Li Wei, senyum yang dingin dan asing.
"Kau… kau mengkhianatiku lagi?" Li Wei terhuyung mundur.
"Maafkan aku, Yun Xi. Tapi, hanya dengan kekuatan ini aku bisa melindungi Alam Bayangan… dan kamu."
Ternyata, Bai Ze adalah dalang dari semua ini. Ia menggunakan Li Wei sebagai alat untuk mendapatkan kekuatan Kaisar Langit. Ia memanipulasi takdirnya, memainkan emosinya, dan memanfaatkan dendamnya.
"Tapi, cintaku padamu adalah NYATA," bisiknya sebelum menghilang ke dalam bayangan.
Li Wei ditinggalkan sendirian, hancur dan bingung. Ia tidak tahu lagi siapa yang bisa dipercaya, siapa yang benar-benar mencintainya.
"Darah dan bayangan menari, kebenaran tersembunyi di balik senyum yang manis."
You Might Also Like: Jual Skincare Dengan Kandungan Alami
Post a Comment