TOP! Surat Yang Tak Pernah Terkirim Ke Pangeran Pengkhianat

Surat yang Tak Pernah Terkirim ke Pangeran Pengkhianat

Embun pagi merayapi kelopak lotus, selembut sentuhan jari-jari Li Wei di atas harpa. Melodinya, seharunya mentari pagi, kini dipenuhi nada kesedihan. Lima belas tahun sudah berlalu sejak Pangeran Rui, tunangannya, menghilang di malam badai. Lima belas tahun ia menunggu, lima belas tahun pula ia hidup dalam kebohongan. Kebohongan bahwa ia akan kembali.

Namun, Li Wei tahu. Dalam hatinya yang remuk, ia tahu Pangeran Rui telah mengkhianatinya.

Di balik senyumnya yang anggun, Li Wei menyembunyikan bara dendam yang membakar. Ia menjadi penasihat Kaisar, menggunakan kecerdasannya yang tajam untuk menavigasi intrik istana. Setiap langkahnya, diiringi bisikan 'Rui, kau akan membayar' dalam hatinya.

Sementara itu, di utara, seorang jenderal muda bernama Han Feng berusaha mengungkap masa lalunya yang hilang. Ia dihantui mimpi-mimpi tentang seorang wanita cantik yang memainkan harpa, dan sebuah janji yang terlupakan. Ia mencari kebenaran tentang identitasnya, kebenaran yang perlahan membawanya kembali ke istana, ke pusat konspirasi yang terjalin rumit.

Pertemuan pertama mereka bagaikan kilat di tengah malam. Mata Li Wei memicing menatap Han Feng. Ada sesuatu yang familiar, sesuatu yang menyakitkan, terpancar dari tatapannya. Han Feng, di sisi lain, merasa seperti menemukan potongan puzzle yang hilang.

"Anda mengingatkan saya pada seseorang," ucap Han Feng, suaranya berat dengan kerinduan.

"Mungkin seseorang yang kau khianati?" balas Li Wei, senyumnya sedingin es.

Dinamika di antara mereka bagaikan tarian pedang. Li Wei memberikan petunjuk, Han Feng mencari. Setiap kebenaran yang terungkap, semakin menyakitkan. Ternyata, Han Feng adalah Pangeran Rui, yang amnesia akibat badai dan dibesarkan oleh suku barbar di utara. Ia tidak ingat janjinya pada Li Wei, tidak ingat cintanya.

Kebenaran itu menghancurkan. Li Wei merasa seolah jantungnya dicabik-cabik. Namun, dendamnya lebih kuat dari rasa sakit.

Konflik memuncak ketika Han Feng, yang kembali menjadi Pangeran Rui, naik tahta. Li Wei berdiri di sisinya, sebagai penasihat yang setia, namun di balik layar, ia menyusun rencana balas dendam yang sempurna.

Rencana itu melibatkan pengungkapan pengkhianatan Rui kepada suku barbar, yang membuatnya kehilangan kepercayaan mereka dan memicu perang. Li Wei memastikan bahwa Rui akan kehilangan segalanya: tahta, cinta, dan kehormatan.

Di malam penobatan Rui, Li Wei memberinya sebuah surat. Surat yang tidak pernah terkirim, berisi semua cinta dan harapan yang ia simpan untuk Rui, sebelum ia dikhianati.

Rui membacanya dengan air mata berlinang. Ia mengerti. Ia mengerti bahwa ia telah menghancurkan hati seorang wanita yang mencintainya dengan segenap jiwanya.

"Kenapa kau melakukan ini?" tanya Rui, suaranya bergetar.

Li Wei tersenyum. Senyum yang tenang, namun menghancurkan. "Karena cintaku terlalu besar untuk dimaafkan."

Keesokan harinya, Rui melepaskan tahtanya dan pergi, menjadi seorang pertapa yang mengembara tanpa tujuan. Li Wei tetap di istana, memerintah dengan bijaksana dan keadilan, namun hatinya tetap kosong. Ia telah mendapatkan balas dendamnya, namun kehilangan segalanya dalam prosesnya.

Sebuah bisikan angin menyapu melewati daun-daun bambu, membawa aroma lotus yang memudar. Apakah cinta yang dikhianati benar-benar bisa disembuhkan?

You Might Also Like: 197 Kenapa Harus Sabun Muka Lokal

Post a Comment